“Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia berlarilah, sampai engkau meraihnya...”
(from google)
Turki, sebuah negara yang telah mencuri hatiku. Membuatku haus akan sejarah Islam yang sesungguhnya.
Kota itu mengenalkan dirinya kepadaku melalui seorang teman mayaku dan sebuah buku. Dua kejadian yang setelahnya membuatku merasa penasaran dan selalu mencari tahu tentang dirinya.
Mulanya aku tak mengenal orang itu, namanya Isa, dia mengirim pesan kepadaku dengan menggunakan bahasa TUrkinya, bahasa asing yang tak pernah kudengar (sama asingnya dengan bahasa Jerman sewaktu pertama kali aku mempelajarinya) aku menyebutnya bahasa alien. Isa memperkenalkan dirinya. Bercerita tentang negaranya juga keluarganya. Dia juga terkadang mengirim foto-foto keponakannya kepadaku (Zeynep dan Selahuddin).
Dari percapakan kami selama beberapa hari itulah akhirnya aku mengenal nama negaranya, Turki. Namun sebelum itu, rasa penasaranku terhadap negara itu belum muncul. Pikiranku masih sama dengan negara lainnya, seperti Malaysia, Singapura, Amerika dan sebagainya. Beberapa lama kemudian, sebuah buku menarik perhatianku, itupun hasil rekomendasi dari seorang teman, judul bukunya 99 Cahaya di langit Eropa. Buku itu kulahap segera. Karena isinya yang menggoda. Buku itu bercerita tentang sebuah perjalanan suami-istri untuk menguak sebuah sejarah, begitulah aku menyebutnya menurut versiku.
Lagi-lagi nama Turki menjadi cerita utama dalam novel itu. Konstantinopel julukannya, barulah kudasari bahwa itulah Turki. Sultan Mehmet, Kebab, Istanbul, Hangia Sophia, Blue Mosque, semua itu tak pernah kudengar. Syukurlah, buku itu akhirnya memberiku jawaban dalam setiap lembarannya. Usai membaca buku itu ada sesuatu terbesit dalam hatiku, mengaguminya. Diam-diam aku menjadi pengagum negara itu, aku mulai mencari tahu sejarah negara itu; searching di google, bertanya kepada senior dan juga musrifahku. Aku mendapat jawaban yang sungguh membuatku terpesona, bahwa Konstantinopel merupakan sejarah terbesar umat Islam. Banyak sejarah yang berdiri di tempat itu, Rasulullah bahkan lebih dulu mengenalkan negara itu dalam hadistnya—saat itu pemahamanku terhadap sejarah Islam sangat kurang.
“Bila semua negara bersatu maka yang pantas menjadi ibukota utama negara itu adalah Turki, karena ia satu-satunya negara yang diapit oleh dua benua; Eropa dan Asia.” Christopher Colombus.
Aku juga baru tahu bahwa sejak dulu orang-orang telah merebut untuk menaklukkan negara itu, dan penaklukkan itu akhirnya jatuh di tangan Muhammad Al Fatih. Setelah penaklukkan itu nama Byizantum berubah menjadi Istanbul yang berarti Islam Keseluruhan. Di Turki pula terjadinya peristiwa dibakarnya nabi Ibrahim oleh raja Namrud. Selain peristiwa nabi Ibrahim, kisah nabi Ayub dan nabi Luth juga meninggalkan jejak di negara itu. Subhanallah..
Negara itu sempurna membuatku tergila-gila akan sejarahnya terutama sejarah Islam. Sejak hari itu, aku tak canggung memasukkan negara itu dalam target 100 mimpi terbesarku; Mengunjungi Turki. Ketertarikanku terhadap pesonanya benar-benar menarik keinginanku, apalagi semasa googling tak jarang aku menemukan cerita-cerita dari para pelajar yang sedang menuntut ilmu di sana juga para WNI yang telah menikah dengan WNA Turki. Dari blog-blog mereka sedikit demi sedikit tentang Turki kuketahui. Bahwa Turki begitu banyak menyimpan kekayaan akan Islam, rasanya tak cukup bila hanya menjelajahinya dalam blog-blog yang kusinggahi. Akan tetapi harus ada perjalanan penuh yang perlu disiapkan untuk mengujunginya secara nyata. Aku pun bermimpi untuk mengunjunginya. Rasanya kata-kataku bertamburan untuk menjelaskan kekagumanku kepadanya.
Sebagai awal terhadap perkenalanku terhadap sejarah Islam, aku pun bermimpi untuk mengunjungi negara itu. Menguak setiap sejarah yang terkandung dalam buminya. Suatu hari nanti, mimpi itu akan membawa kakiku untuk melangkah ke sana, mengunjungi kota Ottaman. InsyaAllah..
20 Januari 2015
Komentar
Posting Komentar