Desember yang Ranum



Ikatlah ilmu itu dengan tulisan, dan kuikat kenangan ini juga dengan tulisan.

-Bantimurung, ini adalah tempat kita bertatap. Setelah sebelumnya, hanya lewat jendela Facebook kalian bisa kuintip-intip.-

Aku baru sadar ternyata hujan tidak datang sendiri, namun beramai-ramai. Akan tetapi hanya beberapa yang singgah di pelataran. Awalnya ada ribuan rintik, berkurang menjadi ratusan, setelah itu terkumpul menjadi puluhan kemudian tersisa satu rintik. Dan, rintik yang tersisa itu adalah jarum ranum yang menetaskan kenangan-kenangan dalam desember.

Ini adalah salah satu kisah yang akan kusimpan dalam tabungan kenangan, seperti yang ditulis oleh Kak Dikpa di atas kertas putihku. Entah, mengapa ketika aku mengawali sebuah pertemuan selalu saja hujan menjadi pengiring.

Di tempat itu, kita melangkahkan kaki untuk kali pertama, kita berjalan dan tersenyum malu-malu di bawah hujan yang melibas punggung-punggung kita. Kolam renang biru, pepohonan yang menekuri sepatu-sepatu kita yang basah, gunung-gunung terhampar juga dingin yang merayap namun tidak cukup kuat untuk meruap bahagia kita.

Dari suasana itu kita bertatap, cukup lama. Mungkin mencoba mengingat juga menerka-nerka wajah yang cukup dikenal beberapa waktu lalu. Dan di aula, tempat pertama kita melepas peluk, sebelumnya kita duduk bersama, berkumpul membentuk lingkaran. Mengenalkan diri. Kuperkenalkan diriku di tengah-tengah kalian, kusebut namaku dan kalian menyambutku dengan senyum binar. Setelah itu, seorang perempuan menoleh sambil menyodorkan tangan ke arahku juga mengenalkan nama. Namun, dia mengulang menyebut namaku, lengkap.

Ah, peremuan itu adalah Kak Dikpa. Seseorang yang kukenal di Facebook. Bukan hanya dia, masih ada beberapa orang lainnya. Kak Rahma Afnan, Kak Bulqia, Kak Ai El Afif (yang kutemui di pelataran masjid UMI, walau di tempat yang berbeda bersama om Kunang-kunangku..haha..:D), Kak Dala (yang selalu kupanggil Kak Dela), Kak Sparkling Autumn —perempuan musim, Kak Azure Azalea (terima kasih atas bukunya: Murjangkung), juga Kak Isma yang dalam pikiranku adalah anak SMA (haha.. maaf-maaf, kak. :D), Kak Lisa (kesan pertama dari dirimu adalah kau berlakon layaknya seorang nenek hari itu, di atas Pete-pete. Masih ingat) dengan adanya Towr FLP aku bisa menatap wajah kalian.

Aku bahagia bisa berkumpul bersama kalian, keluarga baruku. Aku tidak tahu bagaimana rasa penyelesanku ketika memutuskan untuk tidak ikut. Namun, mama akhirnya memberi lampu hijau, memberiku izin menemui kalian. Sungguh, aku bersyukur mengenal FLP, aku senang menyembutnya Forum Lingkar Persahabatan. Dari sana aku banyak belajar banyak hal, aku tidak bisa menyebutnya satu persatu. Hal yang paling lekat di kepalaku sampai sekarang adalah ketika beberapa akhwat duduk manis membaca Al-Qur’an. Betapa aku iri dan ingin seperti mereka. Selama ini aku tidak sadar bahwa bukan hanya buku yang harus dibawa ke mana-mana, namun juga al-Qur’an. Terima kasih kepada kalian yang telah mengingatkanku. 



Write your story, create your glory.
Seperti pesan yang dibingkis oleh Kak Gegge kepada kita, semoga pemadam kebakaran yang kita temui tidak memadamkan semangat kita di jalan.
Towr FLP Bantimurung, 27-29 Desember 2013.

Komentar