Untuk Ray (Peri Garberaku.Selalu.)



Aku melihat gerimis hari ini berbaring di atas rumput, seperti seorang gadis yang siap digambar. Tubuhnya lembut dan bening, bahkan ketika kau ingin berkaca padanya kau bisa melihat kupu-kupu sedang menari di belakangmu dengan jelas. Hari ini gerimis jatuh pada waktu tepat, setelah senja bersimpuh di kaki waktu, gerimis itu meluruh. Berputar-putar, mungkin ia seperti bunga daisy yang berputar ketika angin mencubit sedikit kelopaknya. Waktu selalu susah untuk ditebak sama seperti kau datang mengetuk pintu pesanku. Aku tidak menduga kau datang hari ini. Mematung di depan pintu rumahku, menyuruh anak-anak kalimatmu berbaris. Setelah pintu kubuka, aku mematung.

“Maukah kau menjadi bagian dalam keluargaku?”

Aku tidak tahu bagaimana kau melatih anak-anak kalimatmu sehingga ia begitu penurut. Mataku tidak berkedip. Ada kaca yang kurasa hampir retak di sana. Aku tersenyum.. Membaca kalimatmu adalah merasakan ketenangan di luar sana, seperti duduk di atas kelopak-kelopak daisy dan gerimis melangkah lembut di atas kepalaku. Semacam menaburkan serbuk untuk mengembalikan daun-daun yang layu.

Ray, apa kau masih ingat aku pernah melantikmu sebagai perempuan Daisy, dan nenek menyuruhku memberimu nama itu. Sementara hari ini, kejadian itu kembali kurasa terulang. Kau melantikku sebagai adik. Apakah nenek telah melantikku di sana? Sama seperti malam pelantikan Garbera si peri mungil menjadi Daisy. Keluarga bunga berkumpul dari berbagai penjuru kebun sehingga kebun pada hari itu serupa bulan bercahaya pada malam.

Ray, kau membuat mataku harus mencipta gerimis. Selama ini aku mendamba agar nenek mengirimku seseorang. Aku merasa sepi, sepi telah menjadi minuman pahit yang harus kuteguk setiap pagi. Dan kau akhirnya hadir tanpa kuduga, menghapus jejak sepi dalam tenggorakanku. Kau melangkah memasuki hidupku, seperti alunan instrument Endless Love yang diam-diam menapaki kegelisahanku. Kau tahu bagaimana Endless love akhirnya menjadi sebuah judul film? Aku hanya mengambil kesimpulan bahwa mungkin pada saat itu penulisnya sedang memiliki kenangan yang sangat berarti. Makanya ia memilih Endless dan Love sebagai judunya. Endless berarti terus, tidak berheti seperti waktu yang berputar dan Love adalah cinta. Dua kata yang memiliki makna sempurna, menurutku. Aku ingin kau selalu mengalun dan memilih menetap dalam hatiku, seperti sebuah lagu yang tak pernah mati. Mungkin inilah cinta Phileo yang sering disebut oleh Phulip Kuncoro, Ray.
KhN, April 2013
Di sudut senja

Komentar

  1. tulisan yg bagus :) bermakna :) semangat selalu untuk peri Garberamu

    BalasHapus

Posting Komentar